And Others
Model Bisnis Inklusif Dukung Visi ASEAN 2025
Published
7 years agoon
- Bisnis inklusif menjadi solusi mengatasi kemiskinan di kawasan Asia Tenggara.
- Itu sejalan dengan visi ASEAN 2025 yang people-centered dan people-oriented.
Manila, TechnoBusiness ●Saat ini, sedikitnya 332 juta penduduk Asia Tenggara masih berada di bawah garis kemiskinan. Solusi yang diyakini menarik dan tepat adalah penyediaan berbagai produk dan layanan yang relevan serta terjangkau yang disebut bisnis inklusif.
TechnoBusiness Column: Dari Aborsi Mobnas ke Terobosan Tesla?
“Bisnis inklusif membantu menciptakan lapangan kerja demi memperbaiki kualitas hidup, khususnya bagi komunitas berpenghasilan rendah,” kata Ceferino Rodolfo, Managing Head Philippine Trade Undersecretary and Board of Investments (BOI).
Model bisnis inklusif membantu mewujudkan Visi ASEAN 2025, yakni membangun ASEAN yang people-centered dan people-oriented. Sayangnya, perusahaan bisnis inklusi masih kurang dari 1% dari seluruh perusahaan yang terdaftar di luar sektor informal ASEAN.
Namun, jumlah itu terus meningkat cepat dan menarik minat hampir 60% dari impact investors regional. Urmatt Group dari Thailand, misalnya, melibatkan 3.000 lebih petani rumahan dalam memproduksi beras organik, chia, dan produk berbahan kelapa.
Kennemer Foods International dari Filipina melengkapi 10.000 petani cokelat dengan bahan tanam kualitas tinggi. Indonesia, Malaysia, dan Thailand sama-sama memiliki hukum kepedulian sosial perusahaan yang kuat sehingga layak menjadi batu pijakan mengembangkan bisnis inklusif.●
—Michael A. Keilton, TechnoBusiness ● Foto-Foto: Urmatt, Kennemer