Published
8 years agoon
JAKARTA – NAR Profile of Homebuyers and Sellers yang dikeluarkan National Associations of Realtors berbasis di Chicago, Illinois, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa pada 2015 sebanyak 92% pembeli rumah telah menggunakan internet untuk mencari informasi, 65% mempertimbangkannya secara online, dan 44% pembeli rumah pertama menemukan rumahnya di internet.
Lamudi, situs properti global yang bernaung di bawah Rocket Internet asal Jerman, mencontohkan bahwa di Pakistan sebanyak 50% pencari rumah pada 2015 telah memanfaatkan web dan aplikasi real estate. Di Bangladesh juga sama. Di Filipina, 88% agen properti sudah menyadari banyak masyarakat setempat yang mencari properti via internet.
Meningkatnya pencarian real estate melalui situs online disebabkan oleh semakin tumbuhnya penetrasi internet, tak terkecuali di Asia. Selain itu, ada pula yang mempertimbangkannya melalui media sosial. Di Sri Lanka, misalnya, 42,9% agen properti lokal menganggap media sosial sangat penting dalam proses pembelian rumah.**
—Anwar Ibrahim, TechnoBusiness Indonesia ● Foto-Foto: Istimewa
[blockquote style=”3″]
Data TechnoBusiness
Lamudi merupakan situs listing properti global untuk pasar berkembang yang dikembangkan oleh Rocket Internet asal Jerman. Sejak beroperasi pada 2013, kini Lamudi telah menjangkau hingga 34 negara di Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Dalam membesarkan situs ini, Rocket Internet melibatkan pendanaan dari beberapa modal ventura secara berjenjang seperti dari Tengelmann Group, MTN, dan Millicom. Di Indonesia, Lamudi didirikan pada 2014 dan kini telah menjadi salah satu rujukan utama jual beli properti.[/blockquote]
TokoTalk: “Kami Berangkat dari Layanan Berbasis Chatbot”
Shopee, E-commerce Paling Populer di Asia Tenggara
Hadi Kuncoro: E-commerce Perbanyak Barang Impor Itu Begini Hitung-Hitungannya…
E-commerce Indonesia Tumbuh di Atas Rata-Rata Global
E-commerce Melesat, Toko Offline Meredup
China jadi Pasar E-commerce Terbesar Dunia
Pemerintah Bentuk Yayasan NextICorn. Apa Fungsinya?
Mengapa Industri Startup Australia Tak Seagresif di Indonesia?
E-commerce Indonesia Punya Sejumlah Tantangan