And Others
Burung Albatros Menginspirasi Pengembangan Sayap Pesawat Berengsel
Published
5 years agoon
Nama Albatros diambil dari nama burung Albatros yang memiliki bentangan sayap sangat lebar, yakni bisa mencapai 3,5 meter.
London, TechnoBusiness ● Penelitian di dunia teknologi, termasuk teknologi penerbangan, tiada henti. Para insinyur Airbus SE, produsen pesawat rival Boeing Company yang berpusat di Leiden, Belanda, kembali membuat gebrakan.
Kali ini, mereka menciptakan sayap pesawat dengan ujung berengsel pertama di dunia. Karena berengsel, sayap itu bisa “mengepak” saat terbang di udara.
Tom Wilson, salah satu insinyur Airbus yang terlibat dalam pengembangan inovasi terbaru itu, mengungkapkan, penciptaan sayap berengsel tersebut diharapkan dapat mengurangi bobot sayap serta mengatasi efek turbulensi dan hembusan angin pada pesawat.
Baca Juga: Siap Produksi di Indonesia. Rupanya Penjualan Global Hyundai “Memble”
“Ketika ada hembusan angin atau turbulensi, sayap pesawat konvensional akan membebani badan pesawat. Oleh karena itu, pangkal sayap perlu diperkuat. Penguatan itu akan menambah beban keseluruhan pesawat,” kata Executive Vice President Engineering Airbus Jean-Brice Dumont di Filton, Bristol Utara, Inggris, dalam siaran persnya.
Sayap berengsel yang dapat beradaptasi terhadap hembusan angin memungkinkan Airbus membuat sayap yang lebih ringan dan panjang. Teorinya, menurut Dumont, semakin panjang sayap pesawat semakin sedikit hambatan untuk terbang. Selain itu, juga meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Model pesawat untuk uji coba teknologi tersebut disebut AlbatrossOne. Nama Albatros diambil dari nama burung Albatros yang memiliki bentangan sayap sangat lebar, yakni bisa mencapai 3,5 meter. Albatros biasanya hidup di Antartika dan Pasifik Utara.
Baca Juga: BlackBerry dan LG Sepakat Perluas Teknologi untuk Kendaraan Otonom
AlbatrossOne dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote control. Model tersebut dibuat dari serat karbon dan polimer yang diperkuat dengan serat kaca dan komponen lapisan tambahan.
Uji coba perdana AlbatrossOne telah dilakukan pada Februari lalu, setelah dikembangkan selama 20 bulan. Uji coba tersebut, tambah James Kirk, insinyur yang lain, untuk mengetahui stabilitas pesawat saat engsel sayap dikunci dan dibuka.
Inovasi terbaru di dunia penerbangan itu telah dipresentasikan di International Forum on Aeroelasticity and Structural Dynamics di Amerika Serikat pada awal Juni lalu. Untuk diketahui juga, AlbatrossOne merupakan pesawat pertama yang dibuat Filton sejak Concorde.●
—Richard O. Kimberly, TechnoBusiness/PRN ● Foto: Airbus