Y&S Insights
Spire Insight: Dampak COVID-19 terhadap Sistem Bekerja Masa Depan
Published
4 years agoon
Oleh Andre Wiguna | Konsultan Spire Research and Consulting
Spire Insight • Sejak kemunculannya pada awal tahun 2020, virus corona baru atau COVID-19 telah menyebar hampir ke seluruh negara di dunia. Data persebaran dan jumlah masyarakat yang terjangkit virus ini kian hari kian mengalami peningkatan.
Baca Juga: Spire Research and Consulting Memiliki Empat Divisi Riset
Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins University Center for Systems Science and Engineering, saat ini sudah tercatat 64 juta kasus di seluruh dunia seperti pada Gambar 1 di bawah ini.
Secara domestik, virus ini masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020 bersamaan dengan diumumkannya dua kasus pasien positif COVID-19 untuk pertama kalinya.
Baca Juga: Spire Insight: Dealing Government Affairs in Indonesia
Meskipun begitu, melalui diskusi daring yang bertajuk “Mobilitas Penduduk dan COVID-19: Implikasi Sosial, Ekonomi dan Politik”, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia berpendapat bahwa kemungkinan besar virus COVID-19 sudah masuk ke Indonesia sejak awal Januari.
Hanya saja, identifikasi kasus pertama Indonesia pada awal Maret merupakan hasil dari transmisi lokal, bukan penularan kasus dari luar Indonesia.
Kemunculan virus COVID-19 ini membawa berbagai pengaruh yang signifikan. penyebaran ini tidak hanya memengaruhi kondisi fisik dan kesehatan masyarakat, namun juga turut serta mengubah lanskap dan tatanan kehidupan di berbagai sektor.
Baca Juga: Spire Insight: Perubahan Perilaku Konsumen Saat COVID-19
Para karyawan akan diberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah selama dua hari dalam satu minggu.
Hal ini bukanlah sesuatu yang mengherankan mengingat penyebaran virus ini berdampak pada perlambatan mobilitas masyarakat secara sosial, politik dan terutama ekonomi.
Kondisi ekonomi Indonesia dalam angka terus mengalami kontraksi seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penyebaran virus COVID-19. Bahkan Indonesia telah resmi memasuki masa resesi ekonomi yang ditandai dengan capaian produk domestik bruto (PDB) sebesar minus 3,49 persen pada kuartal 3/2020.
Selain itu, sebagian besar kegiatan pemerintahan, pendidikan, dan aktivitas jual beli dimobilisasi menjadi kegiatan berbasis daring, tidak terkecuali aktivitas perkantoran.
Baca Juga: Spire Insight: The New Normal
Kegiatan bekerja dari rumah (Work From Home) ini dilakukan bukanlah tanpa alasan. Berkaitan dengan pandemi virus COVID-19, sistem ini diharapkan mampu mengurangi tingkat penyebaran dengan melakukan pembatasan sosial di lingkungan kantor dan tempat kerja.
Bahkan tak sedikit dari perusahaan yang mengikuti imbauan pemerintah untuk membatasi komposisi para karyawannya menjadi 50% dari kapasitas ideal.
Pada dasarnya, sistem bekerja dari rumah ini bukanlah hal baru. Beberapa perusahaan Indonesia, seperti Gojek dan South Pole sudah lebih dulu menerapkan sistem bekerja dari rumah. Hal ini nyatanya mampu memberikan keleluasaan serta ruang gerak yang efisien bagi para karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
Baca Juga: Spire Insight: Efektivitas Iklan Menggunakan Media Lift
Penilaian terhadap efektivitas kinerja menjadi tolok ukur utama terhadap penerapan sistem bekerja dari rumah.
Sistem bekerja dari rumah ini pun di masa mendatang akan turut mengubah pola interaksi antar-sesama karyawan. Erica Brescia, Chief Operating Officer GitHub, mengatakan bahwa bekerja dari rumah akan mengubah sistem bekerja di masa depan dengan menjadi lebih terdistribusi, baik dari segi komunikasi maupun penyelesaian pekerjaan.
Kemunculan pandemi COVID-19 membuat semua orang berpikir untuk melakukan perubahan terhadap desain bekerja yang akan lebih menekankan pada kegiatan virtual.
Bahkan sistem bekerja dari rumah ini akan memberikan angin segar terhadap implementasi kesetaraan gender di lingkungan kerja. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa bekerja dari rumah bisa memberikan kesempatan bagi para ibu bekerja dalam menyeimbangkan kehidupan profesionalnya dan tanggung jawab nya di dalam rumah tangga.
Baca Juga: Spire Insight: Dealing Government Affairs in Indonesia
Selain itu, sistem ini juga mampu meningkatkan keterlibatan para ayah dalam mengurus urusan domestik bersama istri, sehingga pembagian kerja akan semakin adil dan tidak akan memberatkan salah satu pihak saja.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Asisten Profesior Harvard Business School, Zoe Cullen bersama koleganya dari University Illinois, menyebukan bahwa perusahaan sebaiknya menyarankan para 16% karyawannya untuk tetap bekerja di rumah bahkan setelah pandemi Covid-19.
Para karyawan akan diberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah selama dua hari dalam satu minggu. Hal ini diyakini akan meningkatkan produktivitas karyawan, mengingat sebagian besar karyawan dikatakan sukses melakukan pekerjaannya dari luar kantor seperti pada Gambar 2 di bawah ini.
Sistem bekerja dari rumah ini nyatanya kini menjadi salah satu wacana yang rencananya akan diterapkan di berbagai sektor, tak terkecuali pemerintahan.
Baca Juga: Membaca Industri Logistik E-commerce India
Wakil Menteri Keuangan Indonesia pun turut berpendapat bahwa intensifikasi sistem bekerja melalui transformasi digital harus tetap dilanjutkan meskipun pandemi COVID-19 berakhir. Transformasi ini diharapkan mampu membuat kinerja pemerintah semakin efisien dan efektif dalam memenuhi rencana-rencana strategis di masa mendatang.
Penilaian terhadap efektivitas kinerja menjadi tolok ukur utama terhadap penerapan sistem bekerja dari rumah. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) nyatanya telah mengadakan penelitian melalui survei terkait peran teknologi dan produktivitas bekerja dari rumah pada masa pandemi Covid-10 ini.
Survei ini dilakukan secara daring selama 5-13 Mei 2020 dengan melibatkan 967 responden yang saat ini secara aktif bekerja dari rumah. Suvei yang dilakukan ini pun menghasilkan beberapa temuan menarik bahwa responden yakin bahwa dengan bekerja dari rumah mampu meningkatkan produktivitas pekerjaan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara aktif.
Baca Juga: Efektivitas Iklan Menggunakan Media Lift
Bukanlah sesuatu hal yang mengejutkan jika pada prosesnya penggunaan aplikasi instant messaging menjadi semakin populer. Para karyawan dimungkinkan untuk bisa mengakses dan turut serta dalam kegiatan pekerjaan, seperti rapat dari tempat yang berbeda tanpa harus berkumpul di satu tempat yang sama.
Pertimbangan ini tentunya akan menjadi kajian lebih lanjut bagi pihak-pihak pemangku kebijakan untuk merumuskan tindakan penyesuaian bekerja setelah masa pandemi ini berakhir.
Pertimbangan yang komprehensif terkait manfaat dan kerugian yang akan ditimbulkan jika meneruskan sistem bekerja dari rumah ini tentunya akan menjadi faktor penting yang akan diperhatikan, mengingat hal ini menyangkut kenyamanan dah kesejahteraan karyawan.• [SPONSORED CONTENT]
Catatan: Artikel ini dibuat dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh Spire Research and Consulting.
Spire Research and Consulting merupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.
PT Spire Indonesia | Wisma BNI Lt. 25 Unit 8-10, Jalan Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 57945800 | www.spireresearch.com
You may like
-
Spire Insights: Memahami Pentingnya Integrasi Jaringan dan Keamanan IoT
-
Spire Insights: Prospek dan Tantangan Pasar Peralatan Kolam Renang di Indonesia
-
Spire Insights: Potensi Penetrasi Internet Desa di Indonesia
-
Spire Insights: Potensi Produk Berbahan Dasar Kulit Asal Garut
-
Spire Insights: Tingkat Literasi Keuangan Generasi Muda Indonesia Masih Rendah
-
Spire Insights: Permintaan Produk Skin Care di Indonesia Terus Meningkat
-
Pindah ke Menara Astra, Spire Indonesia Tapaki Spire Indonesia 2.0
-
Spire Insights: Mengupas Penerapan Industri Halal di Indonesia
-
Spire Insights: Tren Social Commerce di Indonesia