Published
6 years agoon
Spire Insight ● Dalam talk show “Spire Insight” yang ditayangkan TechnoBusiness TV pada akhir April 2018 tersirat bahwa salah satu penyebab kemiskinan, bahkan di kalangan petani sendiri, yaitu sulitnya mendapatkan akses pembiayaan atau permodalan.
Simak Juga: Mengatasi Kemiskinan Petani dengan Skema Value Chain Financing
Dengan alasan takut risiko, institusi formal seperti bank enggan memberikan pembiayaan kepada mereka. Masa panen yang lama dan acap kali gagal menjadi pertimbangan bank-bank tak mau mengucurkan pembiayaan tersebut.
Jika itu dibiarkan, maka kemiskinan akan terus terjadi. Oleh sebab itu, Spire Research and Consulting, perusahaan riset dan konsultasi bisnis yang berbasis di Tokyo, Jepang, menawarkan skema value chain financing (VCF).
Skema itu merupakan model pembiayaan mikro bagi petani yang melibatkan semua aktor dalam satu siklus pertanian. Harapannya, para petani mendapatkan akses pembiayaan dengan agunan alternatif sehingga mampu menekan risiko.
Akan tetapi, mengandalkan skema VCF saja tidaklah cukup. Dalam seminar bertajuk “Pangan Berkeadilan untuk Semua: Menuju Hari Pangan Sedunia 2018” yang diselenggarakan Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) di Jakarta, Selasa (14/8), Jeffrey Bahar, Group Deputy CEO Spire Research and Consulting, “Model VCF bukanlah obat mujarab”.
Baca Juga: Mencari Solusi Pendanaan Petani
Jeffrey menjelaskan, untuk menekan harga pangan, yang pada akhirnya mengentaskan kemiskinan, banyak tergantung pada keberlanjutan value chain itu sendiri.
“Meskipun pendekatan dan aplikasinya bervariasi, sebagian besar value chain memiliki beberapa karakteristik umum, termasuk perspektif pasar,” ujar Jeffrey.
Untuk diketahui, saat ini CIPS sedang menggalang kampanye Hak Makmur atau Hak Makan Murah. Agar kampanyenya berhasil, CIPS menggandeng mitra koalisi sebanyak-banyaknya, dan Spire Indonesia salah satunya.
“Dengan harga pangan yang terjangkau, masyarakat dapat mengalokasikan anggaran ke kebutuhan lain seperti pendidikan dan kesehatan,” ungkap Hizki Respatiadi, Head of Research CIPS.●
Spire Research and Consulting merupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.
Spire Insights: Prospek dan Tantangan Pasar Peralatan Kolam Renang di Indonesia
Spire Insights: Potensi Penetrasi Internet Desa di Indonesia
Spire Insights: Potensi Produk Berbahan Dasar Kulit Asal Garut
Spire Insights: Tingkat Literasi Keuangan Generasi Muda Indonesia Masih Rendah
Spire Insights: Permintaan Produk Skin Care di Indonesia Terus Meningkat
Spire Insights: Tren Social Commerce di Indonesia
Spire Insights: Pentingnya Penerapan ESG bagi Bisnis di Indonesia
Perkembangan Industri Data Center di Indonesia
Spire Insight: Dampak COVID-19 terhadap Sistem Bekerja Masa Depan