Connect with us

Y&S Insights

Hybrid Cars as an Environmental Solution, are Millennials Ready?

Published

on

Oleh Anastasia Purwanti | Konsultan Spire Research and Consulting

Spire Insight ● Isu mengenai lingkungan telah menjadi topik yang ramai diperbincangkan selama beberapa tahun terakhir di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Beberapa waktu lalu, Jakarta bahkan sempat menjadi sorotan publik karena menduduki posisi pertama dalam peringkat kota dengan polusi udara terburuk di dunia, sesuai dengan hasil Indeks Kualitas Udara yang dikeluarkan oleh AirVisual, sebuah situs penyedia peta polusi daring harian kota-kota besar di dunia.

Baca Juga: E-commerce Melesat, Toko Offline Meredup

Menurut data yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, terdapat empat komponen utama yang berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara di Jakarta, yaitu transportasi darat sebanyak 75%, pembangkit listrik dan pemanas (9%), pembakaran industri (8%), dan pembakaran domestik juga sebanyak 8%. Berdasarkan data tersebut, dapat terlihat bahwa transportasi darat merupakan sektor penyumbang polusi udara terbesar di Jakarta. Hal ini tentunya sesuai dengan tingginya jumlah pengguna kendaraan bermotor pribadi di Jakarta, di mana mayoritas warga Jakarta masih lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi publik.

Advertisement

Baca Juga: Kekuatan Iklan dan Efektivitasnya

Ketersediaan pilihan transportasi publik yang semakin beragam seperti ketersediaan MRT, Transjakarta, maupun KRL nampaknya masih belum dapat meningkatkan minat masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum untuk menunjang aktivitas mereka sehari-hari. Selain itu, meningkatnya angka pengguna kendaraan umum di tahun 2019 ini sepertinya tidak semerta-merta membantu menurunkan tingkat kemacetan maupun perbaikan kondisi kualitas udara  di Jakarta. Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan ini, namun sepertinya belum ada langkah efektif yang menunjukkan hasil secara signifikan. Ketersediaan berbagai macam pilihan mobil pribadi yang semakin murah, terjangkau, dengan proses yang mudah untuk cicilan juga menjadi faktor yang meningkatkan minat masyarakat terhadap kepemilikan kendaraan pribadi.

 

[nextpage]

Advertisement

Padahal, tingginya pengguna motor pribadi di Jakarta juga berkontribusi tinggi terhadap buruknya kualitas udara, seperti yang disebutkan dalam hasil riset dari KPBB (Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal) yang dirilis pada Agustus 2019 lalu, bahwa sepeda motor merupakan moda transportasi penyumbang polusi udara terbesar, diikuti oleh bis, truk dan juga mobil pribadi.

Baca Juga: Efektivitas Iklan Menggunakan Media Lift

Karakteristik masyarakat perkotaan Indonesia dalam menggunakan kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi penunjang kegiatan sehari-hari ini sepertinya masih belum bisa dilepaskan dan tentunya membutuhkan waktu yang lama untuk merubah mindset dan perilaku ini. Terlepas itu, sektor otomotif masih menyumbang kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia saat ini. Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi hal ini?

Seiring dengan terus berkembangnya teknologi yang semakin canggih dan modern, dunia otomotif-pun telah menghadirkan teknologi yang ramah lingkungan sebagai solusi untuk menjawab permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini. Untuk itu, saat ini terdapat berbagai jenis kendaraan berteknologi listrik seperti Hybrid Electric Vehicle (HEV), Battery Electric Vehicle (BEV), Plug in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), dan Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). Beberapa dari jenis kendaraan ini juga telah masuk ke dalam pasar otomotif Indonesia akhir-akhir ini.

Baca Juga: Menganalisis Nasib Industri Baja Nasional

Advertisement

Salah satu pemain utama dalam pasar otomotif Indonesia, PT. TAM (Toyota Astra Motor), telah membawa beberapa mobil dengan teknologi hybrid ke dalam pasar nasional untuk diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Melalui beberapa produk yang ditawarkan sebagai tambahan sub-varian-nya, seperti Camry, Corolla Altis, Alphard dan C-HR, Toyota tidak hanya berhasil untuk memperkenalkan teknologi mobil hybrid kepada masyarakat, namun juga telah berhasil menarik minat masyarakat terhadap kehadiran mobil hybrid di Indonesia. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah pembelian mobil hybrid Toyota, khususnya untuk varian C-HR yang permintaannya terus meningkat sejak peluncurannya di bulan April 2019 lalu. Dengan situasi ini, hingga Agustus tahun 2019 sudah tercatat lebih dari 2.200 unit mobil Toyota varian hybrid yang terjual di Indonesia sejak tahun 2007.

 

[nextpage]

Melihat fenomena ini, Toyota juga ingin menyasar kaum milenial untuk mobil hybrid. Seperti yang dipaparkan oleh Riki Rusdiono, Koordinator Kepala Cabang Auto2000 Wilayah DKI 1 (yang dilansir dari Kompas.com), Toyota ingin menyadarkan kaum milenial tentang keberadaan mobil hybrid sebagai produk otomotif yang ramah lingkungan, Menurutnya, hal ini akan memiliki potensi yang bagus mengingat generasi ini sudah memiliki wawasan dan pemikiran yang lebih terbuka, serta lebih peduli terhadap isu-isu yang terjadi di sekitar kita, termasuk kepedulian terhadap lingkungan.

Advertisement

Baca Juga: Instagram “Down”. Berapa yang Terimbas? 

Namun demikian, tentunya ada tantangan tersendiri dalam merangkul kaum milenial yang memiliki karakteristik unik, yang mana mereka dikenal sebagai generasi yang serba praktis, termasuk dalam pemilihan moda transportasi, di mana mereka lebih memilih penggunaan taxi ataupun ojek online, MRT, dan jenis kendaraan lainnya.

Beberapa keunggulan yang ditawarkan oleh mobil hybrid seperti penggunaan bahan bakar minyak yang lebih irit sehingga juga menghasilkan emisi gas buang yang lebih sedikit, serta minim getaran dan rendah suara mesin telah menarik minat masyarakat terhadap mobil ber-teknologi hybrid di Indonesia. Jenis kendaraan HEV (Hybrid Electric Vehicle) ini merupakan model yang paling banyak diminati di antara semua jenis kendaraan berteknologi listrik yang telah diklasifikasikan oleh pemerintah, karena sistemnya yang masih menggunakan dua sumber yaitu mesin bensin dan juga motor listrik tenaga baterai, berbeda dengan jenis BEV (Battery Electric Vehicle) yang hanya murni menggunakan listrik seperti Tesla.

 

Advertisement

[nextpage]

Jenis HEV ini dianggap paling sesuai untuk masyarakat Indonesia yang masih belum terbiasa menggunakan mobil berteknologi listrik, yang mana mereka masih bisa mengandalkan dua jenis sumber daya: bensin dan motor listrik, sehingga mengurangi rasa khawatir akan permasalahan yang terjadi pada mesin yang bertenaga listrik.

Baca Juga: Menganalisis Nasib Industri Baja Nasional

Namun, terlepas dari meningkatnya minat masyarakat terhadap mobil hybrid karena beberapa kelebihan tersebut, masih terdapat beberapa faktor yang menimbulkan keraguan masyarakat terhadap teknologi ini, terutama terkait biaya servis dan perawatan yang dinilai masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan mobil dengan teknologi konvensional. Masyarakat juga memiliki persepsi yang masih kurang baik terhadap performa mobil hybrid, yang mana masih dianggap memiliki performa yang tidak optimal seperti yang dapat dilakukan oleh mobil non-hybrid yang sepenuhnya menggunakan bahan bakar minyak. Padahal dalam kenyatannya, daya untuk menambah performa akselerasi dan kecepatan pada mobil berteknologi hybrid didukung oleh kedua jenis mesin, yaitu mesin bensin dan motor listrik tenaga baterai. Sedangkan pada mobil non hybrid, daya hanya didukung oleh satu jenis mesin saja, yaitu mesin bensin.  Selain itu, harga mobil berteknologi hybrid ini masih dinilai cukup tinggi untuk langsung menyasar kaum milenial yang merupakan first-car-buyer, di mana mereka masih lebih membutuhkan kendaraan pribadi entry-level dengan harga yang masih lebih terjangkau.

Baca Juga: Spire Research and Consulting Memiliki Empat Divisi Riset

Advertisement

Melihat kondisi ini, para pemain otomotif di Indonesia, khususnya mereka yang ingin menghadirkan mobil berteknologi hybrid di tengah-tengah masyarakat, harus mempersiapkan strategi komunikasi yang matang dan tepat sasaran, khususnya agar sesuai dengan karakteristik milenial, untuk menjawab segala keraguan yang saat ini masih ada di masyarakat terkait mobil hybrid. Dengan begitu, ke depan-nya, diharapkan akan semakin banyak kaum milenial yang beralih pada penggunaan mobil berteknologi hybrid, sehingga mereka dapat turut berkontribusi dalam upaya untuk menekan tingginya tingkat pencemaran udara khususnya di Jakarta, khususnya polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor, serta mendukung pelestarian lingkungan melalui penggunaan mobil hybrid sebagai teknologi masa depan.● SPONSORED CONTENT

Catatan: Artikel ini dibuat dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh Spire Research and Consulting. 

Spire Research and Consulting merupakan perusahaan riset pasar dan konsultasi bisnis global, terutama di negara-negara berkembang. Perusahaan yang didirikan pada 2000 di Singapura ini kini memiliki kantor perwakilan di semua negara Asia Pasifik dan berkantor pusat di Tokyo, Jepang.

PT Spire Indonesia | Wisma BNI Lt. 25 Unit 8-10, Jalan Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 57945800 www.spireresearch.com

 

Advertisement