Y&S Insights
Sektor Bisnis yang Selalu Seksi
Published
5 years agoon
Oleh Maudy Miya Andini | Konsultan Spire Research and Consulting
Spire Insight ● Industri makanan dan minuman selalu menjadi sektor bisnis yang diincar oleh banyak pihak. Sebagai contoh, industri makanan dan minuman merupakan salah satu fokus yang ingin ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia sejak Revolusi Industri 4.0.
Sektor ini merupakan salah satu yang terbesar dengan pertumbuhan rata-rata dari 2013-2017 sebesar 2,3%. Perlu diketahui bahwa di industri makanan dan minuman dibagi menjadi ke beberapa bentuk seperti food packaged, ready to drink, dan food service.
Baca Juga: Spire Insight: Menilik Implementasi Teknologi 5G di Korea Selatan
Food packaged yaitu makanan yang sudah dalam bentuk kemasan. Makanan seperti ini banyak ditemukan di warung dan supermarket seperti halnya makanan ringan, sereal, dan mi instan.
Sedangkan ready-to-drink adalah miinuman berbentuk botol, kaleng, atau pun siap seduh yang biasa ditemukan seperti teh botol dan kopi kaleng. Sedangkan food service adalah makanan yang disediakan di tempat makan seperti restoran, hotel, dan kafe.
Baca Juga: Tantangan Industri Advertising PayTV
Ketika kesehatan dan lingkungan sudah mulai diperhatikan
Berdasarkan studi yang dilakukan pada 2017, masyarakat masih memfokuskan pada “rasa” ketika membeli suatu makanan. Faktor pertimbangan kedua adalah “harga” dan ketiga adalah “kesehatan”.
Namun, masyarakat mulai bersedia untuk membeli makanan yang enak dan sehat sejak 2014. Meningkatnya popularitas makanan sehat seperti energy bar menandakan masyarakat sudah memiliki kesadaran akan pentingnya makanan sehat.
[nextpage]
Terlebih lagi, sudah banyak restoran atau kedai yang menawarkan paket makan sehat yang rendah kalori dan cocok untuk mereka yang sedang melakukan “diet”.
Tapi, produk-produk ini masih lebih sering dikonsumsi oleh mereka yang memiliki penghasilan menengah dan tinggi. Sebab, pada umumnya produk ini memiliki harga satuan yang lebih malah daripada produk biasa.
Baca Juga: Spire Research and Consulting Memiliki Empat Divisi Riset
Kemudian, penggunaan kemasan yang ramah lingkungan juga menjadi salah satu tren di industri makanan. Banyak vendor telah mengadopsi opsi kemasan ramah lingkungan untuk mengurangi dampak lingkungan dan kesehatan.
Kesadaran konsumen terhadap perlindungan dan pelestarian lingkungan mendorong permintaan untuk format kemasan ramah lingkungan. Banyak kedai seperti Starbucks, KFC, dan McDonalds mulai menghilangkan sedotan plastik dan menggunakan alat makan yang terbuat dari kertas atau bahan daur ulang.
Hal itu didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang saat ini sedang mempersiapkan sistem skema untuk sertifikasi barang ramah lingkungan yang dinamai eco-label Indonesia.
Baca Juga: Efektivitas Iklan Menggunakan Media Lift
Teh dan Kopi masih menjadi primadona di industri minuman
Di subsektor minuman, industri ini masih didominasi oleh sektor minuman non-alkohol sebesar 99,8% terhadap total nilai Rp100 triliun.
Minuman seperti teh dan kopi adalah dua primadona di industri minuman, berbagai jenis kafe bermunculan untuk mengambil bagian dari komoditas emas ini, bahkan peritel seperti Indomaret mulai menawarkan minuman racikan seperti kopi di Indomaret café.[the_ad id=”13594″]
Menurut Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, nilai pasar minuman teh di Tanah Air mencapai 2 juta liter atau setara dengan Rp50 triliun.
Berdasarkan pangsa pasar, minuman teh berhasil mengambil 5,7% dari total penjualan industri. Minuman teh berada di peringkat kedua setelah air mineral (70%).
Baca Juga: Kondisi Produk Aromatik Milik Industri Petrokimia Indonesia
Salah satu yang menjadi tren di Indonesia adalah MixTeaLogy. Pencampuran antara teh siap saji dan bahan-bahan lain seperti buah-buahan merupakan sektor yang mengincar usia-usia milenial.
Berbagai restoran seperti Lewis and Caroll mulai menerapkan konsep MixTeaLogy, dan hotel-hotel bintang lima juga memiliki konsep tea time yang mereka tawarkan pada siang hari.
Selain itu, teh susu rasa seperti thai tea, green tea, dan milk tea juga populer di Indonesia. Tidak hanya dalam bentuk layanan minuman, banyak produsen sekarang memproduksi berbagai macam teh rasa siap minum.
[nextpage]
Tren kedua di industri minuman adalah kopi. Saat ini, konsumsi kopi lokal olahan meningkat dengan rata-rata lebih dari 7% per tahun dalam lima tahun terakhir. Dengan meningkatnya tren kopi di Indonesia, penjualan di toko online juga meningkat.
Shopee Indonesia menyatakan penjualan kopi terus meningkat hingga saat ini mencapai empat kali lipat dibanding awal 2017. Tidak hanya kopi, tetapi orang juga mencari aksesori dan suvenirnya.
Selain itu, kopi siap minum juga kian banyak. Kopi seperti Toraja, Jawa, dan Aceh Gayo merupakan yang digemari oleh para pecinta kopi.
Baca Juga: Menganalisis Nasib Industri Baja Nasional
Perubahan tren layanan makanan
Terdapat tiga perubahan signifikan yang terjadi di industri layanan makanan. Pertama, dalam hal segmentasi, banyak restoran yang sekarang tidak lagi menggunakan konsep premium tetapi beralih ke restoran kecil menengah yang menawarkan makanan yang trendi dan dapat dijangkau.
Restoran seperti Upnormal, Bakso Boedjangan, dan berbagai kafe trendi lainnya mengadopsi konsep tersebut. Secara harga mereka relatif terjangkau dan kemudian secara menu memiliki variasi yang banyak dan inovatif. Tapi, menu-menunya juga terbilang musiman karena akan berganti sesuai tren setiap 1-2 tahun sekali.[the_ad id=”13594″]
Kedua, dalam hal outlet, mayoritas dari restoran sekarang mementingkan konsep suasana yang nyaman dan menarik yang memperbolehkan konsumen untuk duduk lebih lama.
Restoran berlomba-lomba membuat konsep yang menarik, mulai dari tema yang spesifik seperti hutan dan rumah sakit, hingga menggunakan customer experience seperti melihat proses memasaknya dan pelayanan unik yang menggunakan tokoh-tokoh tertentu seperti ninja.
[nextpage]
Faktor terakhir adalah dari segi pengiriman makanan. Restoran tidak lagi memfokuskan untuk mengantarkan makanan menggunakan in-house delivery, tapi lebih menekankan untuk bermitra dengan pihak ketiga seperti Go-Food dan Grabfood.
Baca Juga: Instagram “Down”. Berapa yang Terimbas?
The food delivery market is heating up
Indonesia memiliki perilaku unik dalam layanannya terutama industri layanan makanan. Menurut Pusat Data Bisnis Indonesia, Indonesia memiliki terminologi khusus untuk menggambarkan perilaku konsumennya, yaitu ekonomi malas.
“Ekonomi malas” memiliki artian bahwa orang Indonesia senang dilayani. Misalnya, dalam hal layanan makanan, ada banyak kedai makanan menggunakan layanan keliling di daerah perumahan untuk mendekati konsumen. Sebab, layanan pengiriman makanan akan selalu dibutuhkan di Indonesia untuk menangkap permintaan dari konsumen.
Go-Food masih mendominasi layanan pengiriman makanan. Meningkatnya jumlah pengemudi secara langsung memengaruhi jumlah makanan yang dikirimkan dan mereka secara agresif berkembang di berbagai daerah dan kota di Indonesia. Selain itu, Go-Food memiliki banyak pedagang yang menawarkan pilihan makanan yang luas bagi pelanggan.
Baca Juga: Kakao, Potensi yang Belum Dimaksimalkan
Meskipun pengiriman makanan oleh pihak ketiga mendominasi industri, menurut para ahli makanan, restoran masih perlu memiliki layanan pengiriman sendiri.
Ada beberapa alasan mengapa mereka masih membutuhkan layanan pengiriman sendiri seperti kualitas produk dan ketika pihak ketiga tidak dapat memenuhi permintaan seperti dalam cuaca buruk atau ketika pesanan penuh.[the_ad id=”13594″]
Pihak ketiga tidak memiliki mesin untuk membuat makanan atau minuman masih dalam kondisi segar, hanya pengiriman restoran yang memilikinya.
Central kitchen, pusat pengolahan makanan untuk UMKM
Karena industri jasa makanan Indonesia didominasi terutama oleh jumlah restoran UKM, konsep kualitas makanan yang ditawarkan terkadang tidak sesuai dengan biaya yang mereka keluarkan sehingga dibutuhkan strategi efisiensi budget.
Banyak bisnis seperti rantai restoran/grup, perjamuan besar dan operator katering, serta restoran layanan lengkap di Indonesia memiliki dapur pusat. Namun, beberapa pemain sebenarnya memiliki dapur pusat skala besar dengan peralatan dapur canggih.
Untuk memaksimalkan kapasitas yang ada, dapur ini disewakan untuk restoran kecil yang membutuhkan bahan baku dan peralatan dapur. Fasilitas yang ditawarkan dari dapur pusat dapat berupa alat-alat pemotongan, peracikan, boiler, oven, mixer, vacuum packaging, dan mesin pendingin. Konsep ini masih baru dan jarang diketahui oleh mereka yang ingin masuk industri ini.
Baca Juga: Industri Kelapa Sawit yang Jaya di Hilir
Dapat disimpulkan bahwa industri makanan dan minuman akan selalu menjadi barang menarik untuk mereka yang ingin terjun ke dunia bisnis. Selalu terbuka akan hal-hal dan peluang baru adalah salah satu kunci kesuksesan industri makanan dan minuman.● SPONSORED CONTENT
Catatan: Artikel ini dibuat dan menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh Spire Research and Consulting.
PT Spire Indonesia | Wisma BNI Lt. 25 Unit 8-10, Jalan Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta 10220, Telp/Faks: (021) 57945800 | www.spireresearch.com
You may like
-
Spire Insights: Memahami Pentingnya Integrasi Jaringan dan Keamanan IoT
-
Spire Insights: Prospek dan Tantangan Pasar Peralatan Kolam Renang di Indonesia
-
Spire Insights: Potensi Penetrasi Internet Desa di Indonesia
-
Spire Insights: Potensi Produk Berbahan Dasar Kulit Asal Garut
-
Spire Insights: Tingkat Literasi Keuangan Generasi Muda Indonesia Masih Rendah
-
Spire Insights: Permintaan Produk Skin Care di Indonesia Terus Meningkat
-
Pindah ke Menara Astra, Spire Indonesia Tapaki Spire Indonesia 2.0
-
Spire Insights: Mengupas Penerapan Industri Halal di Indonesia
-
Perkembangan Industri Data Center di Indonesia