Published
8 years agoon
Lyke, aplikasi mobile untuk produk fashion dan kecantikan yang dikembangkan di Indonesia sejak 2015, mengaku telah berhasil menarik 1 juta pengunduh hanya dalam waktu enam bulan sejak peluncurannya. Pada Senin (29/8), Lyke menyatakan mendapatkan investasi baru senilai hampir US$4 juta atau sekitar Rp53 miliar dari beberapa perusahaan modal ventura yang dipimpin Holtzbrinck asal Jerman. Bersama-sama dalam investasi Seri A itu ada APACIG dari Singapura.
Bukan sekadar jumlah unduhannya yang besar, Lyke diincar investor karena kini aplikasi ini telah memiliki lebih dari 150.000 item produk dalam satu platform. Padahal, platform yang digunakan ada dua, yakni Android dan iOS. Selain itu, Lyke juga berhasil meraup 30.000 order dalam satu bulan.
Jika melihat formatnya, Lyke menargetkan pasar anak muda yang sudah terbiasa menggunakan ponsel pintar (smartphone) dan penggila fashion. Sama seperti aplikasi sejenis atau marketplace di bidang fashion, aplikasi ini menawarkan kemudahan berbelanja bagi pengguna. Dengan aplikasi ini, pengguna bisa menemukan produk fashion terbaru favorit mereka.
Seperti kita ketahui, keunggulan dari teknologi digital adalah penyedia aplikasi dapat mendeteksi kebiasaan pengguna. Dengan demikian, data yang terekam itu kemudian dapat dimanfaatkan oleh penyedia aplikasi untuk melayani pengguna secara lebih personal. Misalnya, pengguna akan mendapatkan informasi produk baru atau produk diskon yang disampaikan antarpelanggan bisa jadi berbeda.
Menurut pengamat e-commerce Purjono Agus Suhendro, aplikasi Lyke bagus karena mempermudah pengguna dalam mencari produk-produk fashion terbaru. “Akan tetapi, bagusnya itu masih biasa saja sebab tidak ada hal unik jika dibandingkan dengan kompetitornya seperti Carousell dan Sale Stock yang berkantor pusat di Singapura atau aplikasi Lazada, marketplace untuk produk-produk gadget dan lain sebagainya,” katanya.
Walau begitu, Purjono melanjutkan, karena dunia e-commerce di Indonesia masih tergolong baru, ceruk pasarnya masih sangat besar. Jadi, apa pun yang ditawarkan akan diterima pasar dengan baik. “Soal teknologi sebenarnya sama saja. “Masalah utamanya sekarang adalah seberapa pintar dan tepat penyedia aplikasi itu menyusun strategi pemasarannya serta mendapatkan investor-investor baru untuk memperkuat layanannya,” tuturnya kepada TechnoBusiness di Jakarta, Selasa (30/8).
Sebab, dengan campur tangan para pemodal ventura, terutama dari luar negeri, penyedia aplikasi akan mendapatkan pembaruan teknologi sekaligus pendanaan yang kuat. “Sekarang ini kan perangnya sudah perang kuat-kuatan pendanaan yang berimbas pada siapa bertahan dan siapa yang mati. Yang kecil sudah pasti mati atau sekadar hidup saja,” ungkapnya.
Pendanaan dari Holtzbrinck asal Jerman dan Asia Pacific Internet Group (APACIG) asal Singapura ke Lyke diprediksi baru sebuah awal. Baru seri A. Pendanaan seri B, C, dan seterusnya bisa saja diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama. Yang pasti, “Kami akan terus berusaha lebih keras dalam memberikan pengalaman berbelanja yang terbaik untuk konsumen Indonesia. A onestop shop memudahkan pengguna untuk menemukan toko-toko, produk, dan promosi terbaru tanpa harus memeriksa puluhan website, buletin, ataupun akun instagram,” ucap Bastian Purrer, Chief Executive Officer Lyke.
Lyke, lanjut Purrer, telah berkembang dengan mendengarkan pengguna dan berinvestasi dalam produk secara konsisten dan berencana akan terus melakukannya. Para pengguna menyukai Lyke sehingga angka retention rate dan engagement rate jauh melebihi target. Nilai conversion rate-nya sebanyak e-commerce, namun dengan user engagement rate sebanyak aplikasi media sosial.● –Susan Shandow; TechnoBusiness
Data TechnoBusiness
Lyke merupakan aplikasi marketplace mobile berplatform Android dan iOS yang menawarkan produk-produk fashion dan kecantikan asal Indonesia yang didirikan pada 2015. Di dalamnya terdapat 150 toko dengan lebih dari 150.000 item produk yang ditawarkan. Dalam enam bulan pertama, aplikasi ini sudah diunduh oleh 1 juta pengguna ponsel pintar. Belum lama ini, Lyke memperoleh pendanaan Seri A dari Holtzbrinck Venture asal Jerman dan Asia Pacific Internet Group asal Singapura.
TokoTalk: “Kami Berangkat dari Layanan Berbasis Chatbot”
Shopee, E-commerce Paling Populer di Asia Tenggara
Hadi Kuncoro: E-commerce Perbanyak Barang Impor Itu Begini Hitung-Hitungannya…
E-commerce Indonesia Tumbuh di Atas Rata-Rata Global
E-commerce Melesat, Toko Offline Meredup
China jadi Pasar E-commerce Terbesar Dunia
E-commerce Indonesia Punya Sejumlah Tantangan
Strategi Jet Commerce Taklukkan Pasar E-commerce
Model O2O Terbaru Suning.com Dongkrak Penjualan 155%