TechnoBusiness News
Strategi IBM Kuasai Pasar Hybrid Cloud Senilai US$1 Triliun
Published
4 years agoon
Inilah tiga strategi IBM dalam menguasai pasar hybrid cloud yang bernilai US$1 triliun. Apa saja itu?
Jakarta, TechnoBusiness ID • IBM (NYSE: IBM), perusahaan teknologi multinasional bernilai US$34,88 miliar yang berpusat di Armonk, New York, Amerika Serikat, dalam dua tahun terakhir sedang mengatur strategi secara intensif.
Baca Juga: Sambutlah Tahun Baru dengan Giift Engage Unik!
Sejumlah langkah yang menjadi bagian dari strategi IBM dilakukan, termasuk mengakuisisi perusahaan lainnya. Tujuan besarnya tak lain demi mampu menguasai pasar hybrid cloud senilai US$1 triliun.
CEO IBM Arvind Krishna mengakui bahwa ambisi besar itu termasuk keputusan yang berani. Sebab, meski perusahaan telah berpengalaman sejak 1937, tetap saja strategi IBM yang menjadi penentu utama kemenangan.
Lantas, seperti apa strategi IBM yang telah dijalankan selama setidaknya dua tahun terakhir? Berikut beberapa strategi IBM yang dimaksud.
Baca Juga: Percaya atau Tidak, Kini Ada Sepeda Sharp, Lho!
Pertama, strategi IBM menguasai pasar melalui akuisisi. Tahun lalu, IBM mengakuisisi Red Hat, perusahaan pengembang Linux open source terbesar di dunia untuk open hybrid cloud.
IBM mengakuisisi Red Hat senilai US$34 miliar dengan harapan mampu melayani perusahaan-perusahaan Fortune 100 dan bisnis-bisnis besar di Asia yang selama ini menjadi pelanggan Red Hat.
Pasar Asia menjadi fokus yang menarik bagi IBM karena di Indonesia saja anggaran untuk cloud berkembang pesat.
Baca Juga: Tak Dapat Disangkal, Pasar Properti Jabodetabek Anjlok
Strategi IBM yang kedua, yaitu melakukan spin-off pada 2021.
Perusahaan-perusahaan lokal mulai modernisasi teknologinya dengan memanfaatkan cloud, otomasi, AI, quantum, dan blockchain demi bisa bersaing di pasar global.
Strategi IBM yang kedua, yaitu melakukan spin-off atau memisahkan bisnis layanan infrastruktur terkelolanya menjadi entitas tersendiri pada 2021.
Strategi IBM terkait spin-off itu telah diumumkan manajemen perusahaan pada Oktober lalu dengan nama sementara NewCo.
Baca Juga: Pendanaan Startup Wanita Tahun Ini Turun Drastis
Nantinya, NewCo, nama sementara perusahaan layanan infrastruktur hasil spin-off itu, akan menggenggam bisnis sebesar US$60 miliar dan total 4.500 klien.
Bisnis layanan infrastruktur yang diklaim terbesar di dunia itu mewakili 25% dari total pendapatan IBM sebesar US$80 miliar.
Krishna mengatakan, “Kebutuhan klien terhadap aplikasi dan layanan infrastruktur semakin mengerucut, sementara adopsi platform hybrid cloud kami pun mengalami percepatan.”
Linus Lai, Vice President IDC Asia Pasifik, menilai spin-off NewCo merupakan sebuah inisiatif positif bagi IBM.
Baca Juga: Inilah Pendorong Harga Bitcoin Naik Hingga Rp400 Jutaan
“NewCo berpeluang menjadi organisasi yang gesit dalam menjalankan strategi yang terpusat pada platform terbuka serta berfokus pada cloud dan AI,” katanya.
Sebagai perusahaan terbesar ke-14 dunia, IBM tidak asing dengan merger, akuisisi, dan spin-off. Di samping, strategi IBM lainnya, yaitu melakukan efisiensi biaya di tengah pandemi.•
—Vino Darmawan, TechnoBusiness ID • Foto: IBM
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.