TechnoBusiness News
10 Istilah AI yang Perlu Anda Ketahui Menurut Microsoft
Inilah 10 istilah AI yang perlu Anda ketahui menurut perusahaan teknologi Microsoft.
Published
10 months agoon
Jakarta, TechnoBusiness ID ● Meski baru populer belakangan ini, ternyata istilah AI, singkatan dari artificial intelligence yang berarti kecerdasan buatan, sudah digunakan dalam ilmu komputer sejak 1950-an.
Menurut manajemen Microsoft, semua itu berkat kemajuan terbaru teknologi machine learning yang mendorong terobosan besar pada hampir seluruh aspek kehidupan dewasa ini.
TechnoBusiness News: Potensi Blue Economy Indonesia Capai US$9,8 Triliun pada 2045
AI pun lantas melahirkan beragam istilah yang mungkin saja sering terdengar tapi Anda belum mengetahui artinya. Berikut ini 10 istilah AI yang perlu Anda ketahui menurut Microsoft:
1. Artificial Intelligence
AI adalah sistem komputer cerdas yang dapat meniru manusia dalam beberapa hal. Misalnya memahami apa yang disampaikan orang, membuat keputusan, menerjemahkan bahasa, menganalisis apakah sesuatu bernada negatif atau positif, bahkan belajar dari pengalaman.
Sifatnya buatan karena kecerdasannya dibuat oleh manusia menggunakan teknologi. Kadang orang mengatakan sistem AI memiliki otak digital, tetapi AI bukanlah mesin atau robot fisik — AI adalah program yang berjalan di komputer. Ia bekerja dengan memasukkan koleksi data yang sangat besar melalui algoritma—yang merupakan serangkaian instruksi—untuk membuat model yang dapat mengotomatisasi tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan dan waktu manusia.
Tak jarang, manusia juga berinteraksi dengan sistem AI — seperti ketika Anda meminta Bing Chat untuk membantu melakukan sesuatu. Tetapi dalam kebanyakan kasus, AI bekerja di balik layar. Contohnya ketika menyarankan pilihan kata saat kita mengetik, merekomendasikan lagu dalam playlist musik, serta memberikan informasi yang lebih relevan berdasarkan preferensi kita.
TechnoBusiness News: Kinerja Trip.com pada Kuartal 3/2023 Melesat Dua Kali Lipat
2. Machine Learning
Jika AI adalah tujuan, maka machine learning (ML) adalah bagaimana kita dapat mencapai tujuan tersebut. ML merupakan bidang ilmu komputer di bawah payung AI, di mana manusia mengajarkan sistem komputer cara melakukan sesuatu, dengan melatihnya untuk mengidentifikasi pola dan membuat prediksi berdasarkan pola tersebut. Data dijalankan melalui algoritma secara berulang, dengan memberikan masukan dan umpan balik yang berbeda di setiap kalinya, untuk membantu mesin belajar dan meningkatkan performa selama proses pelatihan — seperti berlatih tangga nada piano 10 juta kali agar dapat membaca not musik secara cepat di kemudian hari.
Proses ini sangat membantu memecahkan masalah yang akan sulit atau tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan teknik pemrograman tradisional, seperti untuk mengenali gambar dan menerjemahkan bahasa. Proses pelatihan ini membutuhkan data dalam jumlah besar, dan pengumpulan data ini adalah sesuatu yang baru bisa kita maksimalkan pemanfaatannya dalam beberapa tahun terakhir, seiring lebih banyaknya informasi yang didigitalkan dan keberadaan perangkat keras komputer yang telah menjadi lebih cepat, lebih kecil, lebih kuat, serta lebih mampu memproses semua informasi tersebut. Itulah mengapa large language model (LLM) yang menggunakan ML— seperti Bing Chat dan ChatGPT — tiba-tiba muncul.
3. Large Language Model
Large language models (LLM) menggunakan teknik ML untuk membantu memproses bahasa agar mereka dapat meniru cara manusia berkomunikasi. Pengembangannya didasarkan pada neural networks (NN) yang merupakan sistem komputasi yang terinspirasi oleh otak manusia – seperti sekumpulan node dan koneksi yang mensimulasi neuron dan sinaps pada otak kita.
Model dilatih menggunakan teks berjumlah besar untuk mempelajari pola dan hubungan dalam bahasa, guna membantu model menggunakan kata-kata manusia. Kemampuan pemecahan masalah mereka dapat digunakan untuk menerjemahkan bahasa, menjawab pertanyaan dalam bentuk chatbot, merangkum teks, dan bahkan menulis cerita, puisi, serta code komputer.
Mesin tidak memiliki pikiran atau perasaan, tetapi kadang-kadang terdengar seakan memiliki opini sendiri, karena mereka telah mempelajari pola yang membantu mereka merespons layaknya manusia. LLM sering disesuaikan kembali (fine-tuned) oleh developer menggunakan proses yang disebut reinforcement learning from human feedback (RLHF) untuk membantu model menghasilkan output percakapan yang terdengar lebih natural.
TechnoBusiness News: Xoox Rayu Elon Musk untuk Ajak Hewan Peliharaan ke Mars
4. Generative AI
AI generatif (generative AI) memanfaatkan kekuatan LLM untuk membuat hal baru, bukan hanya mengulang atau memberikan informasi yang sudah ada. Generative AI mempelajari pola dan struktur, dan kemudian menghasilkan sesuatu yang mirip namun baru.
Generative AI dapat membuat hal-hal seperti gambar, musik, teks, video, dan code. Ia dapat digunakan untuk membuat karya seni, menulis cerita, mendesain produk, dan bahkan membantu dokter mengerjakan tugas administratif. Namun, ia juga dapat digunakan oleh aktor jahat untuk membuat berita palsu, atau gambar yang terlihat seperti foto tetapi tidak nyata. Karena itu, perusahaan teknologi sedang mengembangkan cara untuk mengidentifikasi konten yang dihasilkan AI dengan jelas.
5. Halusinasi
Sistem generative AI dapat membuat cerita, puisi dan lagu, tetapi kadang-kadang manusia ingin hasil dari generative AI didasarkan pada kebenaran. Karena sistem AI tidak dapat membedakan antara yang nyata dan palsu, generative AI dapat memberikan tanggapan yang tidak akurat. Fenomena ini disebut developer sebagai halusinasi, atau istilah yang lebih akurat, fabrikasi. Ini mirip seperti saat seseorang melihat sesuatu yang mirip seperti garis wajah manusia di bulan dan mengatakan bahwa betul-betul ada manusia di bulan.
Developer mencoba menyelesaikan isu ini melalui “grounding“, sebuah teknik memberikan informasi tambahan dari sumber tepercaya kepada sistem AI, untuk meningkatkan akurasi AI tentang topik tertentu. Kadang-kadang prediksi sistem juga bisa salah jika model tidak memiliki informasi terkini.
TechnoBusiness Insights: 39% Orang Indonesia akan Berlibur Saat Natal dan Tahun Baru
6. Responsible AI
Responsible AI memandu manusia kala mencoba merancang sistem yang aman dan adil di setiap level, termasuk model ML, perangkat lunak, user interface, serta aturan dan batasan yang diberlakukan untuk mengakses aplikasi. Praktik responsible AI adalah elemen penting karena sistem AI sering ditugaskan untuk membantu membuat keputusan penting yang menyangkut manusia, seperti dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Namun, karena AI dibuat oleh manusia dan dilatih menggunakan data dari dunia yang tidak sempurna, AI dapat mencerminkan bias tertentu. Karena itu, salah satu kunci dari praktik responsible AI adalah memahami data yang digunakan untuk melatih sistem tersebut dan mencari cara untuk mengatasi kelemahannya, agar hasilnya dapat mencerminkan masyarakat secara luas, bukan hanya kelompok-kelompok tertentu.
7. Multimodal Models
Model multimodal (multimodal models) dapat bekerja dengan berbagai jenis atau mode data secara bersamaan. Ia dapat melihat gambar, mendengarkan suara, dan membaca kata-kata. Dengan kata lain, model multimodal adalah multitasker sejati! Model ini dapat menggabungkan semua informasi untuk melakukan tugas seperti menjawab pertanyaan tentang gambar.
8. Prompts
Prompt adalah instruksi yang dimasukkan ke dalam sistem menggunakan bahasa, gambar, atau code untuk memberi tugas kepada AI. Para engineer — dan kita semua yang berinteraksi dengan sistem AI — harus merancang prompt dengan hati-hati untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Prosesnya sama seperti membeli sandwich di restoran: Anda tidak hanya meminta sandwich, tetapi perlu menjelaskan roti, jenis dan takaran bumbu, sayuran, keju, serta daging yang kita inginkan untuk mendapatkan menu makan siang yang Anda anggap lezat dan bergizi.
9. Copilot
Copilot seperti asisten pribadi yang bekerja bersama Anda di segala macam aplikasi digital, membantu mengerjakan tugas seperti menulis, coding, merangkum, dan mencari informasi. Copilot juga dapat membantu Anda membuat keputusan dan memahami banyak data. Pengembangan LLM baru-baru ini memungkinkan hadirnya Copilot yang memahami bahasa sehari-hari manusia dan memberikan jawaban, membuat konten, atau mengambil tindakan, sembari manusia bekerja dalam program komputer yang berbeda. Copilot dibangun dengan panduan-panduan responsible AI untuk memastikan bahwa teknologinya aman, terlindungi, dan digunakan untuk hal yang baik. Sama seperti kopilot di pesawat, Copilot tidak memegang kendali – Andalah yang bertanggung jawab. Jadi, Copilot merupakan alat yang dapat membantu Anda lebih produktif dan efisien.
10. Plugin
Plugin mirip dengan ketika Anda menambahkan aplikasi ke smartphone Anda: mereka hadir untuk mengisi kebutuhan tertentu yang mungkin muncul, memungkinkan aplikasi AI melakukan lebih banyak hal tanpa harus memodifikasi model dasarnya. Plugin-lah yang memungkinkan Copilot berinteraksi dengan perangkat lunak dan layanan lain. Plugin dapat membantu sistem AI mengakses informasi baru, melakukan perhitungan matematika yang rumit, atau terhubung dengan program lain. Plugin membuat sistem AI lebih canggih dengan menghubungkannya ke seluruh dunia digital.●
—Intan Wulandari, TechnoBusiness ID
You may like
-
Y&S Insights: Peluang di Balik Pertumbuhan Pasar Public Cloud Indonesia
-
Pertama di Indonesia, Tzu Chi Hospital Tangani Hernia dengan Robot Modular
-
MMA Global Gelar Ajang Penghargaan Smarties Indonesia Ke-10
-
Fuse Tunjuk Ivan Sunandar Jadi CEO, Targetkan Perluasan Pasar
-
inDrive Raih ROI 1.377% Berkat Penggunaan Platform Shield
-
Kalbe Morinaga Sukses Terapkan Otomatisasi pada Proses Produksinya
-
Bloomberg Law Launches AI-Powered Contract Assistant That’s Essential for Legal Counsel
-
Toyota to Invest US$500 Million in Electric Air Taxi Developer Joby Aviation
-
Broom Raih Pendanaan Seri A+ Senilai US$25 Juta dari OpenSpace