Published
4 years agoon
Pencarian talenta cloud berpengalaman di dunia tumbuh stabil tiga tahun terakhir. Tapi, COVID-19 telah melipatgandakannya.
California dan Jakarta, TechnoBusiness ● Sebagai penyedia platform on-demand di Asia Tenggara, Gojek membutuhkan layanan cloud untuk menyimpan dan mengelola database-nya yang besar.
Baca Juga: Severan Rault jadi Group CTO Gojek
Untuk itu, Gojek tidak main-main. Perusahaan asal Indonesia tersebut pada April lalu merekrut Severan Rault, mantan eksekutif Microsoft dan Amazon.
Semula Rault, yang berpengalaman di bidang inovasi teknologi, termasuk pengembangan cloud, didapuk menjadi head of engineering untuk platform e-commerce Gojek.
Baca Juga: Pemilik OLX Akuisisi Iklan Baris eBay Senilai US$ 9,2 Miliar
Namun, mulai Juli, Rault lantas diangkat menjadi group chief technology officer Gojek—yang membuktikan betapa pentingnya inovasi teknologi, termasuk cloud.
Nah, pencarian talenta cloud berpengalaman secara global memang sedang meningkat pesat. Hal itu didorong oleh kebutuhan pengelolaan data dalam jumlah besar tetapi tetap efisien.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.
[nextpage]
Pada 2018, menurut perusahaan pencarian eksekutif global yang berpusat di Westport, Connecticut, Amerika Serikat, Leadership Capital Group, pencarian talenta cloud berpengalaman naik 16%.
Baca Juga: eBay Mulai Incar Pasar Pembayaran Digital Global
Pada 2019, pencarian talenta cloud berpengalaman kembali meningkat menjadi 20% dibanding tahun sebelumnya.
Yang menarik, di saat semua orang nyaris kehilangan pekerjaan karena pandemi COVID-19, pencarian talenta cloud berpengalaman justru kian “menggila”.
Baca Juga: Bisnis Layanan Cloud di Asia Tenggara Cenderung Turun
Leadership Capital Group menyebut per Juli hingga Maret, pencarian talenta cloud berpengalaman tumbuh 224% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sungguh menakjubkan, bukan?
Pencarian talenta cloud berpengalaman yang meningkat lebih dari dua kali lipat itu disebabkan oleh kebutuhan bekerja dari rumah dan belajar dari rumah selama pandemi.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.
[nextpage]
Selama pandemi, perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam Fortune 2000 kemudian memilih mengalihkan biaya pemasaran ke peningkatan infrastruktur dan aplikasi cloud.
Baca Juga: Survei: 82% Orang Tua Tak Siap Anaknya Belajar di Rumah
Penyedia layanan cloud “panen raya”. Microsoft, misalnya, pada kuartal 2/2020 mengeruk pendapatan hanya dari layanan cloud sebesar US$ 50 miliar—mengalahkan pendapatan The Street dan IBM.
Wajar jika kebutuhan talenta cloud berpengalaman, mulai dari managing director of infrastructure services, head of digital products, chief technology officer, executive director of cloud services, hingga enterprise cloud security strategy leader, dan lain sebagainya, cukup akut.
Baca Juga: Herfini Haryono Jadi Petinggi OmniSci untuk Pasar Asia
Marc Lewis, CEO Leadership Capital Group, mengatakan bahwa permintaan eksekutif cloud dalam tiga tahun terakhir tumbuh stabil. “Namun, ketika COVID-19 melanda, permintaannya meroket,” katanya.
Sebab, talenta cloud berpengalaman bukan saja akut tapi sangat penting bagi masa depan perusahaan. Perekrutan mereka menyangkut tujuan dari penggunaan cloud itu sendiri.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.
[nextpage]
“Apakah arti sebenarnya dari transformasi cloud? Apakah itu hanya mematikan server lalu bermigrasi ke penyedia cloud? Apakah itu merupakan langkah strategis demi praktik bisnis terbaik? tanya Lewis.
Baca Juga: Penting, Perusahaan Mesti Pahami 5 Tren Pasar Terbaru Ini
Kebijakan, termasuk penanganan cloud yang tepat, menjadi salah satu kunci sukses sebuah perusahaan ke depan. Karena itu, penggunaan cloud tidak bisa dianggap sebelah mata.
Menurut Jeffrey Bahar, Group Deputy CEO Spire Research and Consulting, perusahaan riset dan konsultan bisnis global yang berpusat di Tokyo, itu berarti pula pengelolaan cloud perusahaan tidak bisa diserahkan kepada mereka-mereka yang belum berpengalaman.
Baca Juga: 5 Alasan Wanita Asia Tenggara Ingin Wirausaha
“Terlalu riskan jika pengelolaan cloud diserahkan kepada talenta yang belum diketahui kecakapannya,” ungkap Jeffrey. “Ingat, transformasi ke layanan cloud yang gagal akan berdampak pada hilangnya investasi perusahaan.”
Tidak hanya itu, kegagalan transformasi cloud juga dapat berimbas pada memburuknya kinerja perusahaan. Jadi, “ramuan” antara kebijakan strategis, investasi, dan talenta menjadi penentuan transformasi ke ranah cloud perusahaan.
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.
[nextpage]
Kondisi ini seperti awal-awal dulu ketika talenta web-apps programmer yang berpengalaman masih sedikit sedangkan industrinya sudah tumbuh lebih cepat.
Baca Juga: Pembelajaran Jarak Jauh, Strategi Baru Lembaga Pendidikan
“Masih ingat sekitar 5-6 tahun lalu Gojek mengiming-imingi bonus uang tunai bagi programmer yang mau bergabung dengan mereka saat itu juga?” tanya Jeffrey. “Mungkin saja itu terjadi dengan talenta cloud saat ini.”●
—Philips C. Rubin (US) dan Purjono Agus Suhendro (ID), TechnoBusiness/PRN ● Foto: Wynn Pointaux
Simak berita-berita kami dalam bentuk video di kanal TechnoBusiness TV. Jangan lupa berikan atensi Anda dengan “like, comment, share, dan subscribe”.